Walaupun termasuk dalam karya klasik yang diterbitkan sejak era reformasi, novel saman masih banyak diminati dan diterjemahkan ke delapan bahasa asing, diantaranya : Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, Prancis, Czech, Italia, dan Korea. Saman adalah pemenang Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Novel ini juga mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri karena dianggap telah mendobrak hal yang tabu sekaligus memperluas cakrawala sastra.
Selain mendapat penghargaan dan pujian, dalam dunia akademis Saman memberikan sumbangannya lewat karya ilmiah suatu penelitian mengenai Novel Saman. Beberapa judul karya akademis yang mengupas novel ini yaitu sebagai berikut (Dikutip dari Review Helvry Sinaga dalam Goodreads) :Skripsi : Perilaku Seksual dalam Novel Saman Karya Ayu Utami. Oktivita, Universitas Muhamadiyah Surakarta (2009).
Skripsi : Pandangan Dunia Pengarang dalam Novel Saman karya Ayu Utami. Lina Puspita Yuniati,Universitas Negeri Semarang (2005).
Jurnal : Novel Saman dan Larung dalam Perspektif Feminin Radikal. Baban Banita S.S. M.Hum, Universitas Padjajaran, Bandung (tanpa tahun).
Jurnal : Challenging Tradition : The Indonesian Novel Saman. Rochayah Machali dan Ida Nurhayati, UNSW, Sydney (tanpa tahun).
Jurnal : Sexuality, Marality, and the Female Role : Observation on Recent Indonesian Women's Literature. Monika Arnez and Cahyaningrum Dewoyati, Universitas Hamburg and Universitas Gajah Mada (tanpa tahun).
Thesis : Narrating Ideas of Religion, Power, and Sexuality, in Ayu Utami's Novels : Saman, Larung, and Bilangan Fu. Widyasari Listyowulan, Ohio University (2010).
Thesis : No Woman is an Island : Reconceptualizing Feminine Identity in the Literary Work of Ayu Utami. Micaela Campbell, Universitas of Victoria (2001).
Perlawanan Perempuan terhadap Hegemoni Laki-Laki dalam Novel Saman dan Larung Karya Ayu Utami (Sebuah Pendekatan Fenimisme). Agustina Fridomi (tanpa tahun).
Karya Pujangga Binal
Kemudian, bahasa dalam Saman sangat indah, penuh dengan kiasan dan perumpamaan. Namun membaca Saman tetaplah seperti membaca rangkaian kalimat ringan. Itulah kelebihan Ayu Utami, ia dapat membuat karyanya tetap ringan walau menggunakan kosakata yang berat.
Dengan segala pemikiran dan pengalamannya ia menulis karya-karya yang tidak lepas dari unsur Politik, Agama, Seks, dan Fantasi miliknya. Oleh sebabnya, seluruh kejadian yang digambarkan Ayu dalam Saman terasa begitu nyata. Mungkin karena dulunya ia seorang Jurnalis, maka tulisannya terasa begitu hidup. Seakan Ayu tahu setiap hal yang dilarang untuk disebarkan.
Wanita berumur 49 tahun ini pernah mendapatkan Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, Belanda yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan berkat novelnya Saman. Ayu Utami menikah dengan Erik Prasetya pada 17 Agustus 2011. Erik merupakan pembuat sampul dari sebagian karya Ayu Utami.
Catatan Penulis Cerita Erotis: Halo pembaca yang budiman. Nubitol mau post cerita erotis karya Nubitol yang sebenarnya ini adalah imajinasi Nubitol terhadap wife. Kapan ya bisa terwujud apa yang Nubitol imajinasikan ini.
Oke, mungkin cerita erotis 17 ini agak berantakan, pasaran, familiar karena memang nubi banyak ambil referensi dari cerita-cerita yang sudah lebih dulu mengudara. Nah, daripada kebanyakan ngomong, ini nubi persembahkan cerita erotis karya nubi buat pembaca semua!!!
Ngadi Nugroho, penyair, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 28 Juni 1978. Karya-karyanya masuk dalam sejumlah antologi, antara lain Pujangga Facebook Indonesia, Progo7, Dunia: Penyair Mencatat Ingatan, dan Lampion Merah Dadu. Karya-karyanya telah dipublikasi di sejumlah media lokal dan regional. Kini, bergiat dan beraktifitas bolak-balik Kaliwungu-Semarang.
Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Chairil hidup dan berkarya tatkala nasionalisme bangsa ini bergolak, dan harapan akan kemerdekaan yang dijanjikan Jepang kemudian berlanjut dengan perjuangan bersenjata melawan Agresi Militer Belanda I dan II. Dalam suasana revolusioner ini, di antara perang dan gagasan-gagasan besar serta bebas, Chairil yang memberontak terhadap segalanya yang mapan itu tampak seperti alternatif dalam setiap perjalanan bangsa di kemudian hari.
Namun, 72 tahun setelah kematiannya, kebesaran karya-karyanya tidak juga pudar. Chairil dihujani banyak kritik, tapi semua orang seperti menyediakan ruang maaf yang amat besar kepadanya. Karena Chairil sang pemberontak seperti bagian dari bangsa Indonesia yang pernah ada, dan terus dirindukan.
Disebutkan bahwa film tersebut berdasarkan karya Asma Nadia. ABF pun kembali bertanya, benarkah seorang penulis sekaliber Asma Nadia melakukan plagiat? Jujur saja ABF memang bukan penikmat novel atau film religi islami Indonesia. Kalau ABF ingin mendalami islam dan mengambil nilai-nilai islam dari suatu karya, ABF memilih membaca buku islami non-fiksi yang contoh-contoh serta akhlak islaminya jelas dan nyata. Tapi itu tidak masalah karena berkaitan dengan selera. Tapi, kebanyakan selera muslim Indonesia menyukai novel fiksi islami yang kemudian diangkat ke layar lebar. Hal tersebut terbukti dari banyaknya karya Asma Nadia yang sangat laris novelnya direbutkan untuk diangkat ke layar lebar. Oleh sebab itu, ABF miris jika penulis yang laris ini benar-benar menyontek?
Baiklah kita kembali membahas ke pertanyaan semula, apakah Asma Nadia melakukan plagiat dalam CLB? ABF menemukan bahwa cerita CLB adalah cerpen yang ditulis Asma Nadia sekitar tahun 2011(mohon dikoreksi jika salah). Cerpen asli CLB karya Asma Nadia cukup berbeda dengan filmnya. Dari Cerpen tersebut, terdapat perbedaan bahwa Nania tidak menderita amnesia. Nania juga sakit bukan karena kecelakaan tetapi karena kesulitan bersalin, saat melahirkan anak ketiga. Pesan yang ingin disampaikan dalam Cerpen tersebut memang mirip dengan cerita CLB versi film dan cerita The Vow, yaitu ketulusan cinta seorang laki-laki biasa kepada seorang perempuan yang secara latar belakang sosial lebih tinggi dari dirinya. Jika CLB versi film mengikuti alur CLB versi Cerpen asli, curang jika ABF sebut menjiplak karena tidak ada adegan amnesia dan kecelakaan mobil. Dalam menyampaikan suatu pesan yang sama, orang boleh saja menyampaikannya dengan cara yang berbeda, sesuai gaya masing-masing, dan hal tersebut bukanlah tindakan plagiat. Tetapi apabila cara yang digunakan sama persis dalam beberapa segi vital, bukankah itu merupakan tindakan menjiplak?!
ABF sungguh miris dengan pernyataan Asma Nadia. Hal pertama yang ABF pikir adalah, apakah Asma Nadia belum pernah nonton The Vow? Apakah sudah dicek kalau karyanya digubah malah jadi nyontek karya yang lebih dulu sudah tenar? Kok rela karya orisinilnya digubah dengan cara yang buruk demi kepentingan komersil??
Tentu saja dari lubuk hati terdalam sang awam yang amat cinta dengan film ini, menulis kritik ini bukan hanya sekedar senang mencari-cari kesalahan. Tetapi tujuan tulisan ini murni karena cinta terhadap film, yang tentunya ingin sekali perfilman Indonesia juga bisa maju dan orisinil. Sebab ABF yakin, Indonesia mampu membuat karya-karya yang baik dan orisinil.
AADC 2 masih mempertahankan cita rasa seni tingkat tinggi. Sobat film akan dimanjakan dengan berbagai karya seni dan sastra Indonesia yang berkelas. Puisi-puisi Rangga yang terdengar sunyi bikin kamu tiba-tiba jadi ikutan puitis bak pujangga. 2ff7e9595c
Comentarios